Jumat, 04 Mei 2012

Pemikiran Modern Islam di Mesir


 PEMIKIRAN MODERN ISLAM DI MESIR
JAMALUDDIN AL-AFGHANI
A.   Pemikiran Modern Islam
1.      Usaha untuk menciptakan posisi tengah antara intelektual sekular dan ulama model lama. Dalam aplikasi awal di Mesir, hal itu melibatakan adanya perlawanan terhadap penjajahan Eropa. Dan merupakan sintesis antara tradisi intelektual islam yang diinterpretasikan ulang, dengan arah rasionalitas modern-pragmatis untuk melawan hegemoni Barat
2.       Gerakan pembaharuan (modern)Islam mempunya dua ciri khas:
a.       pengenalan pelajaran dan tema Barat terhadap kurikulum tradisional
b.      penekanan kembali pada sumber-sumber utama islam (Qur’an, Hadis) dan menggabungkannya dengan disiplin keilmuwan Barat, seperti kemiliteran, ilmu alam, kajian perbandingan hukum, sosial dan bahasa-bahasa modern.dengan arah rasionalitas modern-pragmatis untuk melawan hegemoni Barat.
3.      Hal yang mengungkap permasalahan :”Apakah Islam sesuai dengan hal-hal yang berhubungan dengan mesin, demokrasi, dan pluralist?”. Lebih ringkasnya, respon terhadap cara-cara baru yang dihasilkan oleh Barat. Ini lah yang menyebabkan perdebatan tentang hubungan wahyu-akal, agama Islam–teknologi, status/hak kaum perempuan dan kelompok minoritas, sifat/fungsi Islam dalam negara-bangsa, mengemuka dan terus berlanjut. Modern disini juga bukan apa yang dibedakan dengan tradisional. Jadi pemikiran yang dihasilkan oleh seorang tradisionalist untuk menanggapi cara pandang hidup Barat modern, seperti pluralisme dan demokrasi, dalam hal ini juga termasuk pemikiran modern.
Perlu diketahui juga, bahwa salah satu unsur Barat modern yang menjadi perhatian adalah masalah rasionalitas agama. Karena itu gerakan revivalis Islam yang mencoba menghilangkan unsur-unsur khurofat dalam Islam juga dianggap benih awal gerakan modern. Hal itu karena khurofat yang mengandung banyak dimensi mistis sangat tidak sesuai dengan cara hidup Barat modern yang rasional-materialis dan serba mesin.

B.   Pandangan-Pandangan Pemikiran Modern Islam Sebelum Jamaluddin Al-Afghani
1.      Pandangan-pandangan modern Islam sebelum Jamaluddin Al-Afghani tentu tidak bisa dipisahkan dengan kalangan revivalis awal yang memang disebut banyak orang sebagai cikal bakal gerakan modernist islam. Diantara yang sering disebut Fazlur Rahman adalah pemikiran Syaikh Waliyulla Ad-Dehlawy tentang human reasoning (disebut sebagai the age of reason), bahwa hukum Islam sudah saatnya diungkap dalam pemikiran dan argumntasi secara terbuka.
2.      Pemberangusan TBC oleh gerakan revivalis awal juga sangat membantu arahan kaum modernist untuk menuju sekularisme yang memang banyak didengungkan mereka. Tidak aneh juga disini kalau beberapa tokoh modernist muncul dari kelompok tarekat tertentu di Mesir, karena kelompok tarekat Sanusiyah adalah saah satu tarekat revivalis saat itu. Disamping karena perkenalan mereka dengan dunia mesin Barat.
3.     Pemikiran untuk kembali ke sumber Islam awal –Qur’an, Hadis- dan salaf as-salih untuk tujuan persatuan dan pemurnian ajaran Islam yang dibawa Muhammad b. abd. Wahab, juga menjadi alat yang dipakai beberapa tokoh modernist sebagai jalan untuk menyatukan Islam. Lalu melangkah lebih jauh dengan mengajak melakukan interpretasi ulang terhadap ke dua sumber utama Islam itu. Tidak hanya menerima pemahaman yang diterima dari intelektual lama yang dianggap tidak sesuai dengan kemoderenan.

C.   Riwayat Hidup Jamludin Al Afgani
Jamaluddin al-Afghani merupakan seorang filosof, penulis, orator dan wartawan serta seorang aktivis pembaharuan dalam Islam yang tempat tinggal dan gerakannya sering berpindah dari satu negara Islam ke negara Islam lain. Pengaruh terbesar ditinggalkannya di Mesir karena selain bias pemikirannya sangat berkesan juga banyak murid-murid yang bisa menjelmakan idealisme sang tokoh dalam babak berikutnya bagi Mesir khususnya dan dunia Islam umumnya. Apalagi secara politis, keterlibatan dia dalam berbagai penggalangan Islam (Pan-Islamisme) bermula dari dukungan orang-orang yang seide dengannya. Dengan pertimbangan ini al-Afghani sudah selayaknya mendapat kehormatan untuk mengisi lembaran sejarah pemikiran Islam modern di negara piramida ini. Jamaluddin lahir di Afghanistan tahun 1839 M. dan meninggal dunia di Istambul tahun 1897 M. Dia menghabiskan masa kecilnya di Afghanistan sampai meningkat dewasa. Silsilah keturunan, seperti nama depannya orang menyebut Sayyid berarti ada hubungan darah dengan Nabi melalui silsilah Imam Turmudzi (ahli Hadits) sampai ke cucunda Nabi, Husain bin Ali bin Abi Thalib. Ketika baru berusia 20 tahun, ia telah menjadi pembantu bagi pangeran Dost Muhammad Khan di Afghanistan. Tahun 1864 ia menjadi penasehat Sher Ali Khan. Beberapa tahun kemudian dia diangkat oleh Muhammad A’zam Khan menjadi Perdana Menteri. Dalam pada itu, Inggris telah mulai mencampuri soal politik dalam negeri Afghanistan dan dalam pergolakan yang terjadi Al-Afghani memilih pihak yang melawan golongan yang disokong Inggris. Pihak pertama kalah dan Jamaluddin Al-Afghani merasa lebih aman meninggalkan tanah tempat lahirnya dan pergi ke India ditahun 1869. Di India dia juga merasa tidak bebas bergerak karena negara itu telah jatuh kebawah kekuasaan Inggris, oleh karena itu ia pindah ke Mesir di tahun 1871. Ia menetap di Kairo dan pada mulanya menjauhi persoalan-persoalan politik Mesir dan memusatkan perhatian pada bidang ilmiah dan sastra Arab. Rumah tempat ia tinggal menjadi tempat pertemuan murid-murid dan pengikut-pengikutnya. Disanalah dia memberikan kuliah dan mengadakan diskusi. Menurut keterangan Muhammad Salam Madkur, para peserta terdiri atas orang-orang terkemuka dalam bidang pengadilan, dosen-dosen, mahasiswa dari Al-Azhar serta perguruan-perguruan tinggi lain dan juga pegawai-pegawai pemerintah. Diantara murid-murid Jamaluddin Al-Afghani itu ada yang kemudian menjadi pemimpin kenamaan di Mesir seperti Muhammad Abduh dan Sa’ad Zahglul, pemimpin kemerdekaan Mesir.

Tetapi dia tidak lama dapat meninggalkan lapangan politik. Ditahun 1876 turut campur tangan Inggris dalam soal politik di Mesir makin meningkat. Untuk dapat bergaul dengan orang-orang politik di Mesir ia memasuki perkumpulan Freemason Mesir. Diantara anggota perkumpulan ini terdapat putra mahkota Taufiq. Diketika itu ide-ide baru yang disiarkan al-Tahtawi melalui buku-buku terjemahan dan karangannya, telah mulai meluas dikalangan masyarakat Mesir, diantaranya trias political dan patriotisme . telah matang waktunya untuk membentuk suatu partai, maka pada tahun 1879 atas usaha Jamaluddin Al-Afghani terbentuklah partai Al-Hizbut Al-Watani (Partai Nasional). Slogan Mesir untuk orang Mesir mulai kedengaran. Tujuan partai ini selanjutnya ialah memperjuangkan pendidikan universal, kemerdekaan pers dan pemasukan unsur-unsur Mesir ke dalam posisis dalam bidang militer. Atas sokongan partai ini, Jamaluddin Al-Afghani berusaha menggulingkan kerajaan Mesir yang berkuasa di waktu itu, yakni Khedewi Ismail untuk diganti dengan putra mahkota Taufiq. Yang tersebut akhir ini berjanji mengadakan pembaharuan-pembaharuan yang dituntut Al-Hizbut al-Watani. Tetapi setelah menjadi Khadewi, Taufiq atas tekanan Inggris mengusir Jamaluddin Al-Afghani keluar dari Mesir di tahun 1879. Masa delapan tahun menetap di Mesir itu menurut pihak Mesir sendiri mempunyai pengaruh yang tidak kecil bagi umat Islam di sana. Menurut M. S. Madkur, Jamaluddin Al-Afghanilah yang membangkitkan gerakan berfikir di Mesir sehingga negara ini dapat mencapai kemajuan. Mesir modern, demikian Madkur, adalah hasil dari usaha-usaha Jamaluddin Al-Afghani

D.   Pemikiran Modern Islam Oleh Jamaludin Al-Afgani
1.       Pandangan mengenai Agama
Al-Afghani berpendapat bahwa agama adalah suatu yang fital adanya suatu bangsa. Dan agama merupakan sumber yang nyata yang membawa kebahagiaan bagi manusia. Peradaban yang sesungguhnya adalah peradaban yang berdasarkan pendidikan moral dan agama, bukan peradaban yang berdasarkan karena kemajuan materi dan pembangunan kota-kota besar atau penciptaan mesin-mesin modern yang justru digunakan untuk menghancurkan peradaban dan pembinasaan umat manusia dengan bentuk penjajahan.
Banyak usaha yang telah dilakukannya dalam melawan penjajah , antara lain:
a.       Membangun kembali jiwa Islam yang terkandung dalam ajaran Al-Qur’an
b.      Menghilangkan sifat kesukuan atau golongan
c.       Mrngikis taqlid dan fanatisme
d.      Melaksanakan ijtihad dalam memahami A-Qur’an
Ia juga mengutarakan bahwa kesejahteraan umat manusia itu tergantung pada :
a.        Akal manusia yang disinari dengan tauhid
b.      Kemuliaan budi pekerti
c.        Akidah (iman) yang dijadikan sebagai prinsip yang pertama
d.       Loyalitas orang yang berilmu dalam membagikan ilmunya pada orang lain

Dengan demikian, diharapkan umat Islam dapat kembali kepada ajaran-ajaran Islam yang murni, yang membawa kepada kekuatan yang positif dalam langkah dan sasaran yang akan dituju.
2.       Ajaran tentang Qada dan Qadar
Kesalahan umat Islam dalam memahami qadha dan qadar menurut Al-Afghani, menjadi factor yang ikut memundurkan umat Islam. kesalahpahaman tersebut membuat umat Islam tidak mau berusaha dengan sungguh-sungguh. Jamaludin menyebutkan, qadha dan qadar mengandung pengertian bahwa segala sesuatu yang terjadi menurut sebab musabab (kausalitas). Lemahnya pendidikan dan kurangnya pengetahuan umat tentang dasar-dasar ajaran agama, lemahnya persaudaraan, perpecahan umat Islam yang diikut pemerintahan yang absolut, memercayakan kepemimpinan kepada yang tidak dipercaya, dan kurangnya pertahanan militer, juga merupakan factor-faktor yang membawa kemunduran umat Islam. Faktor-faktor ini yang menjadikan umat Islam statis dan fatalis. Maka dari itu, ia menuntut kepada semua aliran untuk menjadikan akal sebagai dasar utama untuk mencapai keagungan Islam, karena akal menempati kedudukan yang istimewa dalam agama Islam. Dengan akal percaya pada qadha dan qadar bagi orang Islam akan membawa kekuatan moral dan mendorong usaha tawakal dan sabar untuk mencapai tujuannya
3.       Penolakan terhadap Aliran Naturalisme dan Materialisme
Perjalanan hidup Jamaludin sesuai dengan jalan pikirannya. Teori dan prakteknya selalu berjalin rapat dengan tindakannya. Kedudukan dan pikirannya ditandai oleh tiga macam keadaan :
a.       Kenikmatan jiwa atau rohani
b.      Perasaan agama yang mendalam
c.       Moral yang tinggi
Gambaran ini jelas dapat dilihat dalam penolakannya terhadap aliran naturalisme dan materialisme. Aliran ini merupakan senjata berbahaya bagi umat Islam. satu-satunya kekuatan yang dapat melawannya ialah Islam itu sendiri. Inilah peringatan yang dicanangkan oleh Jamaludin pada orang-orang Islam, bila ingin mempertahankan agama itu, maka harus bertindak sesuai dengan ajaran agama itu. Jamaludin terkenal dalam dunia Islam sebagai propagandaris karena penolakannya terhadap materialisme. Dengan pandangannya terhadap tabiat alam, ia tidak bisa menerima corak ajaran materialisme. Untuk itu ia menerbitkan sebuah buku dengan judul The Refutation Of Materialistis
4.       Bidang Politik
Jamaludin dikenal sebagai pelopor Pan Islamisme yang mengajarkan bahwa semua umat Islam harus bersatu di bawah pimpinan seorang khalifah untuk membebaskan mereka dari penjajahan Barat. Ada pendapat bahwa Jamaludin hanya sedikit mempersoalkan masalah agama, ia lebih berkecimpung dalam lapangan politik. Jalan yang ditempuhnya di bidang ini, ialah :
a.       Perbaikan jiwa dan cara berfikir
b.      Perbaikan pemerintah atau Negara, kemudian keduanya berhubungan atau mempunyai jalinan dengan ajaran agama.
Jamaludin memandang bahwa perbaikan pemerintahan adalah dengan jalan memperbaiki bangsa itu. Ia juga mengatakan bahwa sesungguhnya kekuatan parlemen bagi suatu umat tidak akan ada harganya apabila tidak lahir dari umat itu sendiri. Dalam segi politik pergerakan bertujuan menghilangkan sebab-sebab yang memecah belah kaum muslim dan mempersatukan mereka untuk mempertahankan Islam. Untuk mencapai tujuan itu, maka kaum muslim harus bersatu. Persatuan Islam (Pan Islamisme), bukan berarti dunia dan kerajaan Islam yang ada menjadi satu kerajaan tapi masing-masing kerajaan itu agar berdiri sendiri dalam batas kuasa dan negara masing-masing yang mempunyai satu pandangan hidup.  Semua aspek gerakan Jamaludin yang menjadi sasaran utama ialah membebaskan negara-negara Islam dari penjajahan dan untuk menuju itu umat Islam harus membebaskan diri dari pola-pola pikiran yang beku.

E.  PAN-ISLAMISME
Sebagaimana yang diungkapkan L. Stoddard, dasar pergerakan yang diusung oleh Al-Afghani lebih pada usaha pembendungan dominasi Barat yang mulai menjelajahi dunia Islam. Setidaknya ada lima poin penting yang menjadi pemicu utama munculnya pemikiran pan-islamisme, yaitu :
a.    Dunia kristen, walaupun terpisah secara geografis, budaya dan nasab namun akan selalu menggalang pemersatuan kekuatan untuk menghadapi umat Islam.
b.   Meskipun secara gamblang perang salib telah tuntas, namun semangat dan ideologi untuk selalu mengobarkan lagi, tetap hidup di kalangan umat Kristen. Hal ini bisa dibuktikan melalui perlakuan diskriminatif umat Kristen kepada umat Islam di beberapa tempat.
c.    Perbedaan pemahaman tentang agama yang sangat berbeda antara agama Islam dan agama lainnya.
d.   Al-Afghani menyimpulkan bahwa kebencian umat Kristen terhadap umat Islam bukan hanya datang dari sebagian umat kristen namun berasal dari semua lapisan masyarakat.
e.    Kurangnya apresiasi dunia kepada umat Islam, khususnya umat Kristen pada beberapa ideologi fital agama Islam.
Dengan berbagai pertimbangan yang diantaranya telah disebutkan di atas, maka Al-Afghani menggulirkan pemikiran tentang perlunya pemersatuan umat Islam yang selanjutnya dikenal dengan nama pan-Islamisme. Tujuan pasti al-Afghani adalah melakukan filter dini kepada gejala perpecahan yang telah kelihatan pada zaman itu.
Di beberapa keadaan, pan-Islamisme sering dikaitkan dengan usaha modernisasi Islam yang juga diusung oleh al-Afghani dan murid-muridnya seperti Muhammad Abduh, dkk. Pada dasarnya dua paham ini bukanlah sinonim, lebih tepatnya modernisasi adalah gejala atau sarana dari pan-Islamisme. Munculnya kegiatan pembaharuan dalam agama Islam adalah aplikasi nyata dari program pan-Islamisme yang ditawarkan oleh al-Afghani. Secara individu Afghani adalah penolak keras adanya paham kolonial yang menghantui hampir di semua dunia Islam di kala itu. Sebagai seorang filsuf dan agamis sikap dan pemikiran Afghani selalu berbenturan dengan paham fatalisme (berhubungan dengan takdir). Untuk mengetengahi masalah fatalism dalam agama Islam, Afghani mengajak umat Islam untuk melakukan usaha perebutan peradaban, kebudayaan dan pengetahuan dari barat. Salah satu caranya adalah dengan mempelajari semua itu dari barat. Diharapkan dari semua sikap ini maka umat Islam lebih bersifat dinamis dan mampu melakukan kritik sosial dalam menghadapi perkembangan dunia dan ilmu pengetahuan. Melalui propaganda yang rapi apalagi didukung oleh Sultan Abdul Hamid dari Turki Utsmani yang mendirikan organisasi seruan pan-Islamisme dan pengiriman delegasi ke Negara-negara Islam selama 30 tahun. Hubungan paling kongkrit antara pan-Islamisme dengan modernisasi Islam terlihat pada pandangan kenegaraan yang diusulkan oleh Afghani dan murid-muridnya. Memang harus diakui, pemerintahan Negara atau kerajaan Islam yang dimulai dari masa Kekhalifaan Utsmani memiliki konsen yang sangat besar kepada bentuk negara atau kerajaan dengan system monarki absolut. Sehingga Afghani menawarkan system demokrasi sebagai jalan keluar yang tepat sebagai bentuk ideal negara Islam. Lebih kongkritnya Afghani bahkan memberikan pertimbangan untuk memakai sistem pemerintahan republik. Bahkan lebih jauh Afghani menyatakan bahawa sebenarnya Islam menghendaki penggunaan sistem pemerintahan republik bagi umat Muslim. Dasar pendapat yang dikeluarkan oleh Afghani ini terbentuk oleh berbagai stigma yang terkumpul dari lawatan panjang Afghani ke beberapa negara Eropa sebelumnya. Menurut Afghani keunggulan sistem republik adalah kebebasan dalam mengedepankan pendapat dan kesamaan status dalam hukum dan pemerintahan. Ditambah lagi republik sangat menjaga hubungan kepala negara dengan Undang-undang negara. Lebih jelasnya, sistem republik sangat memperhatikan kepatuhan antara kepala pemerintahan dengan undang-undang yang dibuat oleh sebuah Negara. Pendapat yang diusulkan oleh Afghani ini tentu merupakan hal baru dalam perkembangan agama Islam. Sebelum munculnya gagasan Afghani ini Islam dan lingkungan hanya mengenal sistem pemerintahan kerajaan atau kesultanan. Secara mudah bisa dijelaskan hubungan antara pan-Islamisme dan modernisasi Islam ini dengan wacana bahwa Pan-Islamisme Al-Afghani adalah sebuah gerakan pemersatu antar Negara-negara Islam termasuk umat Islam di wilayah jajahan untuk menentang kezaliman para pengusa (penjajah ekstern atau intern) yang lalim, termasuk menentang kolonialisme dan imperialisme Barat sebagai bentuk usaha untuk mewujudkan keadilan.

F.    Pengaruh Jamaluddin Al-Afghani
Seperti sudah disebutan, Al-Afghani menyuarakan gagasan seperti Pan-Islamisme. Sebenarnya gagasan seperti itu juga pernah disuarakan oleh Usmaniah Muda, tetapi sangat kurang pengaruhnya terhadap bangsa-bangsa yang bahasanya bukan turki. Sedangkan Al-Afghani mempublikasikan tulisan dalam bahasa Arab dan Persia sehingga penulis-penulis terkemudian  banyak menyebutkan  bahwa Al-Afghani merupakan pembaharu internal.
Ide pembebasan dari kendali barat, merupakan tujuan perjuangan politik Al-Afghani yang paling populer. Ucapan-ucapan Al-Afghani banyak dikutip oleh kaum modernis Islam, nasionalis, maupun Islam kontemporer yang mendukung kebebasan seperti itu. Al-Afghani juga menarik bagi aktivis terkemudian karena  kehidupan politiknya yang luar biasa. Muslim maupun barat pernah memiliki kontak dengan Al-Afghani. Penulis Barat seperti E.G. Brown dan Wilfred Blunt membuat tulisan yang isinya membuat pengakuan dan memuji Al-Afghani semakin memperkuat posisi Al-Afghani di dunia muslim. Fakta bahwa Al-Afghani telah mempesona dan bahkan berdebat dengan orang-orang barat terkemuka membuat sosok Al-Afghani semakin penting di mata intelektual muslim. Akhirnya popularitas Al-Afghani yang berkelanjutan terjadi karena dia dipandang berbahaya oleh orang-orang barat. Namun ada penilaian bahwa pengaruh Al-Afghani lebih berdasarkan pada biografi yang pada umumnya mitos dan interpretasi atas gagasan-gagasannya.
Letak kebesaran Al-Afghani bukanlah dia sebagai pemikir, meskipun dalam pemikiran itu ia tetap sangat penting karena ia menunjukkan pandangan masa depan yang jauh dan daya baca zaman yang tajam. Kebesarannya terletak terutama dalam peranannya sebagai pembangkit kesadaran politik umat Islam menghadapi barat, dan pemberi jalan bagaimana menghadapi arus modernisasi dunia ini.
Ide-ide Al-Afghani masih menginspirasi pemikir-pemikir Islam kontemporer dalam menghadapi tantangan umat Islam meskipun dalam konteks dan situasi zaman yang telah berbeda.
Sebagai seorang aktivis politik, nampaknya Al-Afghani lebih mantap dalam karya-karya lisan (pidato) daripada dalam tulisan, sekalipun begitu, karya tulisnya yang tidak terlalu banyak tetap mempunyai nilai besar dalam sejarah umat di zaman modern. Beberapa tulisannya bernada pidato yang amat bersemangat, menggambarkan penilaiannya tentang betapa mundurnya umat islam dibanding dengan bangsa erofa yang telah ia saksikan. Tulisan-tulisannya yang tersebar dalam bahasa Arab dan persia telah mengilhami berbagai gerakan revolusioner  Islam melawan penjajahan dan penindasan barat. Karena pada dasarnya Al-Afghani adalah seorang revolusioner politik, ia mengemukakan ide-idenya hanya dalam garis besar, berupa kalimat-kalimat yang bersemangat dan ungkapan-ungkapan kunci, tanpa elaborasi intelektual yang lebih jauh

PENUTUP
KESIMPULAN
1.       Jamaludin Al-Afghani merupakan seorang tokoh yang memiliki pengaruh besar dalam alur sejarah peradaban Islam. Sepanjang hidupnya telah diabdikan untuk berjuang demi kepentingan Islam, khususnya dan negeri-negeri yang sedang terjajah pada umumnya.
2.      Program politiknya adalah menggerakkan Pan Islamisme yang bertujuan untuk kesejahteraan umat Islam di bawah pimpinan seorang khalifah.
3.       Jamaludin berpendapat bahwa Islam memberikan tempat yang tinggi pada akal. Maka dari itu Ia sangat menentang adanya faham takdir.
4.       Ia juga memperingatkan umat Islam bahwa bahaya besar kedua yang harus dihadapi umat Islam adalah materialisme, yang mengingkari agama dan anti tuhan.
Banyak karya yang lahir dari buah pikirnya yang ditujukan untuk mengobarkan semangat pembaharuan pada diri umat Islam