PEMIKIRAN MODERN ISLAM DI MESIR
JAMALUDDIN AL-AFGHANI
A.
Pemikiran Modern
Islam
1. Usaha
untuk menciptakan posisi tengah antara intelektual sekular dan ulama model
lama. Dalam aplikasi awal di Mesir, hal itu melibatakan adanya perlawanan
terhadap penjajahan Eropa. Dan merupakan sintesis antara tradisi intelektual
islam yang diinterpretasikan ulang, dengan arah rasionalitas modern-pragmatis
untuk melawan hegemoni Barat
2. Gerakan pembaharuan (modern)Islam mempunya dua
ciri khas:
a. pengenalan
pelajaran dan tema Barat terhadap kurikulum tradisional
b. penekanan
kembali pada sumber-sumber utama islam (Qur’an, Hadis) dan menggabungkannya
dengan disiplin keilmuwan Barat, seperti kemiliteran, ilmu alam, kajian
perbandingan hukum, sosial dan bahasa-bahasa modern.dengan arah rasionalitas
modern-pragmatis untuk melawan hegemoni Barat.
3. Hal
yang mengungkap permasalahan :”Apakah Islam sesuai dengan hal-hal yang
berhubungan dengan mesin, demokrasi, dan pluralist?”. Lebih ringkasnya, respon
terhadap cara-cara baru yang dihasilkan oleh Barat. Ini lah yang menyebabkan perdebatan
tentang hubungan wahyu-akal, agama Islam–teknologi, status/hak kaum perempuan
dan kelompok minoritas, sifat/fungsi Islam dalam negara-bangsa, mengemuka dan
terus berlanjut. Modern disini juga bukan apa yang dibedakan dengan
tradisional. Jadi pemikiran yang dihasilkan oleh seorang tradisionalist untuk
menanggapi cara pandang hidup Barat modern, seperti pluralisme dan demokrasi,
dalam hal ini juga termasuk pemikiran modern.
Perlu diketahui juga, bahwa salah satu unsur Barat modern yang menjadi perhatian adalah masalah rasionalitas agama. Karena itu gerakan revivalis Islam yang mencoba menghilangkan unsur-unsur khurofat dalam Islam juga dianggap benih awal gerakan modern. Hal itu karena khurofat yang mengandung banyak dimensi mistis sangat tidak sesuai dengan cara hidup Barat modern yang rasional-materialis dan serba mesin.
Perlu diketahui juga, bahwa salah satu unsur Barat modern yang menjadi perhatian adalah masalah rasionalitas agama. Karena itu gerakan revivalis Islam yang mencoba menghilangkan unsur-unsur khurofat dalam Islam juga dianggap benih awal gerakan modern. Hal itu karena khurofat yang mengandung banyak dimensi mistis sangat tidak sesuai dengan cara hidup Barat modern yang rasional-materialis dan serba mesin.
B.
Pandangan-Pandangan
Pemikiran Modern Islam Sebelum Jamaluddin Al-Afghani
1. Pandangan-pandangan
modern Islam sebelum Jamaluddin Al-Afghani tentu tidak bisa dipisahkan dengan
kalangan revivalis awal yang memang disebut banyak orang sebagai cikal bakal
gerakan modernist islam. Diantara yang sering disebut Fazlur Rahman adalah
pemikiran Syaikh Waliyulla Ad-Dehlawy tentang human reasoning (disebut sebagai
the age of reason), bahwa hukum Islam sudah saatnya diungkap dalam pemikiran
dan argumntasi secara terbuka.
2. Pemberangusan
TBC oleh gerakan revivalis awal juga sangat membantu arahan kaum modernist
untuk menuju sekularisme yang memang banyak didengungkan mereka. Tidak aneh
juga disini kalau beberapa tokoh modernist muncul dari kelompok tarekat
tertentu di Mesir, karena kelompok tarekat Sanusiyah adalah saah satu tarekat
revivalis saat itu. Disamping karena perkenalan mereka dengan dunia mesin
Barat.
3. Pemikiran
untuk kembali ke sumber Islam awal –Qur’an, Hadis- dan salaf as-salih untuk
tujuan persatuan dan pemurnian ajaran Islam yang dibawa Muhammad b. abd. Wahab,
juga menjadi alat yang dipakai beberapa tokoh modernist sebagai jalan untuk
menyatukan Islam. Lalu melangkah lebih jauh dengan mengajak melakukan
interpretasi ulang terhadap ke dua sumber utama Islam itu. Tidak hanya menerima
pemahaman yang diterima dari intelektual lama yang dianggap tidak sesuai dengan
kemoderenan.
C.
Riwayat
Hidup Jamludin Al Afgani
Jamaluddin
al-Afghani merupakan seorang filosof, penulis, orator dan wartawan serta
seorang aktivis pembaharuan dalam Islam yang tempat tinggal dan gerakannya
sering berpindah dari satu negara Islam ke negara Islam lain. Pengaruh terbesar
ditinggalkannya di Mesir karena selain bias pemikirannya sangat berkesan juga
banyak murid-murid yang bisa menjelmakan idealisme sang tokoh dalam babak
berikutnya bagi Mesir khususnya dan dunia Islam umumnya. Apalagi secara
politis, keterlibatan dia dalam berbagai penggalangan Islam (Pan-Islamisme)
bermula dari dukungan orang-orang yang seide dengannya. Dengan pertimbangan ini
al-Afghani sudah selayaknya mendapat kehormatan untuk mengisi lembaran sejarah
pemikiran Islam modern di negara piramida ini. Jamaluddin lahir di Afghanistan
tahun 1839 M. dan meninggal dunia di Istambul tahun 1897 M. Dia menghabiskan
masa kecilnya di Afghanistan sampai meningkat dewasa. Silsilah keturunan,
seperti nama depannya orang menyebut Sayyid berarti ada hubungan darah dengan
Nabi melalui silsilah Imam Turmudzi (ahli Hadits) sampai ke cucunda Nabi,
Husain bin Ali bin Abi Thalib. Ketika baru berusia 20 tahun, ia telah menjadi
pembantu bagi pangeran Dost Muhammad Khan di Afghanistan. Tahun 1864 ia menjadi
penasehat Sher Ali Khan. Beberapa tahun kemudian dia diangkat oleh Muhammad A’zam
Khan menjadi Perdana Menteri. Dalam pada itu, Inggris telah mulai mencampuri
soal politik dalam negeri Afghanistan dan dalam pergolakan yang terjadi
Al-Afghani memilih pihak yang melawan golongan yang disokong Inggris. Pihak
pertama kalah dan Jamaluddin Al-Afghani merasa lebih aman meninggalkan tanah
tempat lahirnya dan pergi ke India ditahun 1869. Di India dia juga merasa tidak
bebas bergerak karena negara itu telah jatuh kebawah kekuasaan Inggris, oleh
karena itu ia pindah ke Mesir di tahun 1871. Ia menetap di Kairo dan pada
mulanya menjauhi persoalan-persoalan politik Mesir dan memusatkan perhatian
pada bidang ilmiah dan sastra Arab. Rumah tempat ia tinggal menjadi tempat
pertemuan murid-murid dan pengikut-pengikutnya. Disanalah dia memberikan kuliah
dan mengadakan diskusi. Menurut keterangan Muhammad Salam Madkur, para peserta
terdiri atas orang-orang terkemuka dalam bidang pengadilan, dosen-dosen,
mahasiswa dari Al-Azhar serta perguruan-perguruan tinggi lain dan juga
pegawai-pegawai pemerintah. Diantara murid-murid Jamaluddin Al-Afghani itu ada
yang kemudian menjadi pemimpin kenamaan di Mesir seperti Muhammad Abduh dan
Sa’ad Zahglul, pemimpin kemerdekaan Mesir.
Tetapi dia tidak lama dapat meninggalkan lapangan politik. Ditahun 1876 turut campur tangan Inggris dalam soal politik di Mesir makin meningkat. Untuk dapat bergaul dengan orang-orang politik di Mesir ia memasuki perkumpulan Freemason Mesir. Diantara anggota perkumpulan ini terdapat putra mahkota Taufiq. Diketika itu ide-ide baru yang disiarkan al-Tahtawi melalui buku-buku terjemahan dan karangannya, telah mulai meluas dikalangan masyarakat Mesir, diantaranya trias political dan patriotisme . telah matang waktunya untuk membentuk suatu partai, maka pada tahun 1879 atas usaha Jamaluddin Al-Afghani terbentuklah partai Al-Hizbut Al-Watani (Partai Nasional). Slogan Mesir untuk orang Mesir mulai kedengaran. Tujuan partai ini selanjutnya ialah memperjuangkan pendidikan universal, kemerdekaan pers dan pemasukan unsur-unsur Mesir ke dalam posisis dalam bidang militer. Atas sokongan partai ini, Jamaluddin Al-Afghani berusaha menggulingkan kerajaan Mesir yang berkuasa di waktu itu, yakni Khedewi Ismail untuk diganti dengan putra mahkota Taufiq. Yang tersebut akhir ini berjanji mengadakan pembaharuan-pembaharuan yang dituntut Al-Hizbut al-Watani. Tetapi setelah menjadi Khadewi, Taufiq atas tekanan Inggris mengusir Jamaluddin Al-Afghani keluar dari Mesir di tahun 1879. Masa delapan tahun menetap di Mesir itu menurut pihak Mesir sendiri mempunyai pengaruh yang tidak kecil bagi umat Islam di sana. Menurut M. S. Madkur, Jamaluddin Al-Afghanilah yang membangkitkan gerakan berfikir di Mesir sehingga negara ini dapat mencapai kemajuan. Mesir modern, demikian Madkur, adalah hasil dari usaha-usaha Jamaluddin Al-Afghani
Tetapi dia tidak lama dapat meninggalkan lapangan politik. Ditahun 1876 turut campur tangan Inggris dalam soal politik di Mesir makin meningkat. Untuk dapat bergaul dengan orang-orang politik di Mesir ia memasuki perkumpulan Freemason Mesir. Diantara anggota perkumpulan ini terdapat putra mahkota Taufiq. Diketika itu ide-ide baru yang disiarkan al-Tahtawi melalui buku-buku terjemahan dan karangannya, telah mulai meluas dikalangan masyarakat Mesir, diantaranya trias political dan patriotisme . telah matang waktunya untuk membentuk suatu partai, maka pada tahun 1879 atas usaha Jamaluddin Al-Afghani terbentuklah partai Al-Hizbut Al-Watani (Partai Nasional). Slogan Mesir untuk orang Mesir mulai kedengaran. Tujuan partai ini selanjutnya ialah memperjuangkan pendidikan universal, kemerdekaan pers dan pemasukan unsur-unsur Mesir ke dalam posisis dalam bidang militer. Atas sokongan partai ini, Jamaluddin Al-Afghani berusaha menggulingkan kerajaan Mesir yang berkuasa di waktu itu, yakni Khedewi Ismail untuk diganti dengan putra mahkota Taufiq. Yang tersebut akhir ini berjanji mengadakan pembaharuan-pembaharuan yang dituntut Al-Hizbut al-Watani. Tetapi setelah menjadi Khadewi, Taufiq atas tekanan Inggris mengusir Jamaluddin Al-Afghani keluar dari Mesir di tahun 1879. Masa delapan tahun menetap di Mesir itu menurut pihak Mesir sendiri mempunyai pengaruh yang tidak kecil bagi umat Islam di sana. Menurut M. S. Madkur, Jamaluddin Al-Afghanilah yang membangkitkan gerakan berfikir di Mesir sehingga negara ini dapat mencapai kemajuan. Mesir modern, demikian Madkur, adalah hasil dari usaha-usaha Jamaluddin Al-Afghani
D.
Pemikiran
Modern Islam Oleh Jamaludin Al-Afgani
1. Pandangan
mengenai Agama
Al-Afghani berpendapat
bahwa agama adalah suatu yang fital adanya suatu bangsa. Dan agama merupakan
sumber yang nyata yang membawa kebahagiaan bagi manusia. Peradaban yang
sesungguhnya adalah peradaban yang berdasarkan pendidikan moral dan agama,
bukan peradaban yang berdasarkan karena kemajuan materi dan pembangunan
kota-kota besar atau penciptaan mesin-mesin modern yang justru digunakan untuk
menghancurkan peradaban dan pembinasaan umat manusia dengan bentuk penjajahan.
Banyak usaha yang telah
dilakukannya dalam melawan penjajah , antara lain:
a. Membangun
kembali jiwa Islam yang terkandung dalam ajaran Al-Qur’an
b. Menghilangkan
sifat kesukuan atau golongan
c. Mrngikis
taqlid dan fanatisme
d. Melaksanakan
ijtihad dalam memahami A-Qur’an
Ia
juga mengutarakan bahwa kesejahteraan umat manusia itu tergantung pada :
a. Akal manusia yang disinari dengan tauhid
b. Kemuliaan
budi pekerti
c. Akidah (iman) yang dijadikan sebagai prinsip
yang pertama
d. Loyalitas orang yang berilmu dalam membagikan
ilmunya pada orang lain
Dengan
demikian, diharapkan umat Islam dapat kembali kepada ajaran-ajaran Islam yang
murni, yang membawa kepada kekuatan yang positif dalam langkah dan sasaran yang
akan dituju.
2. Ajaran
tentang Qada dan Qadar
Kesalahan umat Islam
dalam memahami qadha dan qadar menurut Al-Afghani, menjadi factor yang ikut
memundurkan umat Islam. kesalahpahaman tersebut membuat umat Islam tidak mau
berusaha dengan sungguh-sungguh. Jamaludin menyebutkan, qadha dan qadar
mengandung pengertian bahwa segala sesuatu yang terjadi menurut sebab musabab
(kausalitas). Lemahnya pendidikan dan kurangnya pengetahuan umat tentang
dasar-dasar ajaran agama, lemahnya persaudaraan, perpecahan umat Islam yang
diikut pemerintahan yang absolut, memercayakan kepemimpinan kepada yang tidak
dipercaya, dan kurangnya pertahanan militer, juga merupakan factor-faktor yang
membawa kemunduran umat Islam. Faktor-faktor ini yang menjadikan umat Islam
statis dan fatalis. Maka dari itu, ia menuntut kepada semua aliran untuk
menjadikan akal sebagai dasar utama untuk mencapai keagungan Islam, karena akal
menempati kedudukan yang istimewa dalam agama Islam. Dengan akal percaya pada
qadha dan qadar bagi orang Islam akan membawa kekuatan moral dan mendorong
usaha tawakal dan sabar untuk mencapai tujuannya
3. Penolakan
terhadap Aliran Naturalisme dan Materialisme
Perjalanan hidup
Jamaludin sesuai dengan jalan pikirannya. Teori dan prakteknya selalu berjalin
rapat dengan tindakannya. Kedudukan dan pikirannya ditandai oleh tiga macam
keadaan :
a. Kenikmatan
jiwa atau rohani
b. Perasaan
agama yang mendalam
c. Moral
yang tinggi
Gambaran ini jelas
dapat dilihat dalam penolakannya terhadap aliran naturalisme dan materialisme.
Aliran ini merupakan senjata berbahaya bagi umat Islam. satu-satunya kekuatan
yang dapat melawannya ialah Islam itu sendiri. Inilah peringatan yang
dicanangkan oleh Jamaludin pada orang-orang Islam, bila ingin mempertahankan
agama itu, maka harus bertindak sesuai dengan ajaran agama itu. Jamaludin
terkenal dalam dunia Islam sebagai propagandaris karena penolakannya terhadap
materialisme. Dengan pandangannya terhadap tabiat alam, ia tidak bisa menerima
corak ajaran materialisme. Untuk itu ia menerbitkan sebuah buku dengan judul
The Refutation Of Materialistis
4. Bidang
Politik
Jamaludin dikenal
sebagai pelopor Pan Islamisme yang mengajarkan bahwa semua umat Islam harus
bersatu di bawah pimpinan seorang khalifah untuk membebaskan mereka dari
penjajahan Barat. Ada pendapat bahwa Jamaludin hanya sedikit mempersoalkan
masalah agama, ia lebih berkecimpung dalam lapangan politik. Jalan yang
ditempuhnya di bidang ini, ialah :
a. Perbaikan
jiwa dan cara berfikir
b. Perbaikan
pemerintah atau Negara, kemudian keduanya berhubungan atau mempunyai jalinan
dengan ajaran agama.
Jamaludin memandang
bahwa perbaikan pemerintahan adalah dengan jalan memperbaiki bangsa itu. Ia
juga mengatakan bahwa sesungguhnya kekuatan parlemen bagi suatu umat tidak akan
ada harganya apabila tidak lahir dari umat itu sendiri. Dalam segi politik
pergerakan bertujuan menghilangkan sebab-sebab yang memecah belah kaum muslim
dan mempersatukan mereka untuk mempertahankan Islam. Untuk mencapai tujuan itu,
maka kaum muslim harus bersatu. Persatuan Islam (Pan Islamisme), bukan berarti
dunia dan kerajaan Islam yang ada menjadi satu kerajaan tapi masing-masing
kerajaan itu agar berdiri sendiri dalam batas kuasa dan negara masing-masing
yang mempunyai satu pandangan hidup.
Semua aspek gerakan Jamaludin yang menjadi sasaran utama ialah
membebaskan negara-negara Islam dari penjajahan dan untuk menuju itu umat Islam
harus membebaskan diri dari pola-pola pikiran yang beku.
E.
PAN-ISLAMISME
Sebagaimana yang diungkapkan L. Stoddard, dasar pergerakan yang diusung oleh Al-Afghani lebih pada usaha pembendungan dominasi Barat yang mulai menjelajahi dunia Islam. Setidaknya ada lima poin penting yang menjadi pemicu utama munculnya pemikiran pan-islamisme, yaitu :
Sebagaimana yang diungkapkan L. Stoddard, dasar pergerakan yang diusung oleh Al-Afghani lebih pada usaha pembendungan dominasi Barat yang mulai menjelajahi dunia Islam. Setidaknya ada lima poin penting yang menjadi pemicu utama munculnya pemikiran pan-islamisme, yaitu :
a.
Dunia kristen, walaupun terpisah secara
geografis, budaya dan nasab namun akan selalu menggalang pemersatuan kekuatan
untuk menghadapi umat Islam.
b.
Meskipun secara gamblang perang salib
telah tuntas, namun semangat dan ideologi untuk selalu mengobarkan lagi, tetap
hidup di kalangan umat Kristen. Hal ini bisa dibuktikan melalui perlakuan
diskriminatif umat Kristen kepada umat Islam di beberapa tempat.
c.
Perbedaan pemahaman tentang agama yang
sangat berbeda antara agama Islam dan agama lainnya.
d.
Al-Afghani menyimpulkan bahwa kebencian
umat Kristen terhadap umat Islam bukan hanya datang dari sebagian umat kristen
namun berasal dari semua lapisan masyarakat.
e.
Kurangnya apresiasi dunia kepada umat
Islam, khususnya umat Kristen pada beberapa ideologi fital agama Islam.
Dengan
berbagai pertimbangan yang diantaranya telah disebutkan di atas, maka
Al-Afghani menggulirkan pemikiran tentang perlunya pemersatuan umat Islam yang
selanjutnya dikenal dengan nama pan-Islamisme. Tujuan pasti al-Afghani adalah
melakukan filter dini kepada gejala perpecahan yang telah kelihatan pada zaman
itu.
Di
beberapa keadaan, pan-Islamisme sering dikaitkan dengan usaha modernisasi Islam
yang juga diusung oleh al-Afghani dan murid-muridnya seperti Muhammad Abduh,
dkk. Pada dasarnya dua paham ini bukanlah sinonim, lebih tepatnya modernisasi
adalah gejala atau sarana dari pan-Islamisme. Munculnya kegiatan pembaharuan
dalam agama Islam adalah aplikasi nyata dari program pan-Islamisme yang
ditawarkan oleh al-Afghani. Secara individu Afghani adalah penolak keras adanya
paham kolonial yang menghantui hampir di semua dunia Islam di kala itu. Sebagai
seorang filsuf dan agamis sikap dan pemikiran Afghani selalu berbenturan dengan
paham fatalisme (berhubungan dengan takdir). Untuk mengetengahi masalah
fatalism dalam agama Islam, Afghani mengajak umat Islam untuk melakukan usaha
perebutan peradaban, kebudayaan dan pengetahuan dari barat. Salah satu caranya
adalah dengan mempelajari semua itu dari barat. Diharapkan dari semua sikap ini
maka umat Islam lebih bersifat dinamis dan mampu melakukan kritik sosial dalam
menghadapi perkembangan dunia dan ilmu pengetahuan. Melalui propaganda yang
rapi apalagi didukung oleh Sultan Abdul Hamid dari Turki Utsmani yang
mendirikan organisasi seruan pan-Islamisme dan pengiriman delegasi ke
Negara-negara Islam selama 30 tahun. Hubungan paling kongkrit antara
pan-Islamisme dengan modernisasi Islam terlihat pada pandangan kenegaraan yang
diusulkan oleh Afghani dan murid-muridnya. Memang harus diakui, pemerintahan
Negara atau kerajaan Islam yang dimulai dari masa Kekhalifaan Utsmani memiliki
konsen yang sangat besar kepada bentuk negara atau kerajaan dengan system
monarki absolut. Sehingga Afghani menawarkan system demokrasi sebagai jalan
keluar yang tepat sebagai bentuk ideal negara Islam. Lebih kongkritnya Afghani
bahkan memberikan pertimbangan untuk memakai sistem pemerintahan republik.
Bahkan lebih jauh Afghani menyatakan bahawa sebenarnya Islam menghendaki
penggunaan sistem pemerintahan republik bagi umat Muslim. Dasar pendapat yang
dikeluarkan oleh Afghani ini terbentuk oleh berbagai stigma yang terkumpul dari
lawatan panjang Afghani ke beberapa negara Eropa sebelumnya. Menurut Afghani
keunggulan sistem republik adalah kebebasan dalam mengedepankan pendapat dan
kesamaan status dalam hukum dan pemerintahan. Ditambah lagi republik sangat
menjaga hubungan kepala negara dengan Undang-undang negara. Lebih jelasnya,
sistem republik sangat memperhatikan kepatuhan antara kepala pemerintahan
dengan undang-undang yang dibuat oleh sebuah Negara. Pendapat yang diusulkan
oleh Afghani ini tentu merupakan hal baru dalam perkembangan agama Islam.
Sebelum munculnya gagasan Afghani ini Islam dan lingkungan hanya mengenal
sistem pemerintahan kerajaan atau kesultanan. Secara mudah bisa dijelaskan
hubungan antara pan-Islamisme dan modernisasi Islam ini dengan wacana bahwa
Pan-Islamisme Al-Afghani adalah sebuah gerakan pemersatu antar Negara-negara
Islam termasuk umat Islam di wilayah jajahan untuk menentang kezaliman para
pengusa (penjajah ekstern atau intern) yang lalim, termasuk menentang
kolonialisme dan imperialisme Barat sebagai bentuk usaha untuk mewujudkan
keadilan.
F.
Pengaruh Jamaluddin Al-Afghani
Seperti
sudah disebutan, Al-Afghani menyuarakan gagasan seperti Pan-Islamisme.
Sebenarnya gagasan seperti itu juga pernah disuarakan oleh Usmaniah Muda,
tetapi sangat kurang pengaruhnya terhadap bangsa-bangsa yang bahasanya bukan
turki. Sedangkan Al-Afghani mempublikasikan tulisan dalam bahasa Arab dan
Persia sehingga penulis-penulis terkemudian banyak menyebutkan
bahwa Al-Afghani merupakan pembaharu internal.
Ide
pembebasan dari kendali barat, merupakan tujuan perjuangan politik Al-Afghani
yang paling populer. Ucapan-ucapan Al-Afghani banyak dikutip oleh kaum modernis
Islam, nasionalis, maupun Islam kontemporer yang mendukung kebebasan seperti
itu. Al-Afghani juga menarik bagi aktivis terkemudian karena kehidupan
politiknya yang luar biasa. Muslim maupun barat pernah memiliki kontak dengan
Al-Afghani. Penulis Barat seperti E.G. Brown dan Wilfred Blunt membuat tulisan
yang isinya membuat pengakuan dan memuji Al-Afghani semakin memperkuat posisi
Al-Afghani di dunia muslim. Fakta bahwa Al-Afghani telah mempesona dan bahkan
berdebat dengan orang-orang barat terkemuka membuat sosok Al-Afghani semakin
penting di mata intelektual muslim. Akhirnya popularitas Al-Afghani yang
berkelanjutan terjadi karena dia dipandang berbahaya oleh orang-orang barat.
Namun ada penilaian bahwa pengaruh Al-Afghani lebih berdasarkan pada biografi
yang pada umumnya mitos dan interpretasi atas gagasan-gagasannya.
Letak
kebesaran Al-Afghani bukanlah dia sebagai pemikir, meskipun dalam pemikiran itu
ia tetap sangat penting karena ia menunjukkan pandangan masa depan yang jauh
dan daya baca zaman yang tajam. Kebesarannya terletak terutama dalam peranannya
sebagai pembangkit kesadaran politik umat Islam menghadapi barat, dan pemberi
jalan bagaimana menghadapi arus modernisasi dunia ini.
Ide-ide
Al-Afghani masih menginspirasi pemikir-pemikir Islam kontemporer dalam
menghadapi tantangan umat Islam meskipun dalam konteks dan situasi zaman yang
telah berbeda.
Sebagai
seorang aktivis politik, nampaknya Al-Afghani lebih mantap dalam karya-karya
lisan (pidato) daripada dalam tulisan, sekalipun begitu, karya tulisnya yang
tidak terlalu banyak tetap mempunyai nilai besar dalam sejarah umat di zaman
modern. Beberapa tulisannya bernada pidato yang amat bersemangat, menggambarkan
penilaiannya tentang betapa mundurnya umat islam dibanding dengan bangsa erofa
yang telah ia saksikan. Tulisan-tulisannya yang tersebar dalam bahasa Arab dan
persia telah mengilhami berbagai gerakan revolusioner Islam melawan
penjajahan dan penindasan barat. Karena pada dasarnya Al-Afghani adalah seorang
revolusioner politik, ia mengemukakan ide-idenya hanya dalam garis besar,
berupa kalimat-kalimat yang bersemangat dan ungkapan-ungkapan kunci, tanpa
elaborasi intelektual yang lebih jauh
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Jamaludin Al-Afghani merupakan seorang tokoh
yang memiliki pengaruh besar dalam alur sejarah peradaban Islam. Sepanjang
hidupnya telah diabdikan untuk berjuang demi kepentingan Islam, khususnya dan
negeri-negeri yang sedang terjajah pada umumnya.
2. Program
politiknya adalah menggerakkan Pan Islamisme yang bertujuan untuk kesejahteraan
umat Islam di bawah pimpinan seorang khalifah.
3. Jamaludin berpendapat bahwa Islam memberikan
tempat yang tinggi pada akal. Maka dari itu Ia sangat menentang adanya faham
takdir.
4. Ia juga memperingatkan umat Islam bahwa bahaya
besar kedua yang harus dihadapi umat Islam adalah materialisme, yang
mengingkari agama dan anti tuhan.
Banyak karya yang lahir
dari buah pikirnya yang ditujukan untuk mengobarkan semangat pembaharuan pada
diri umat Islam